Kita pun jarang menyaksikan terjadinya petir dan kilat tatkala cuaca cerah. Saat matahari bersinar terik, tanpa ada awan yang menggantung di angkasa. Mengapa? Ini akan ditinjau secara sederhana berdasarkan ilmu fisika sekolah
Kejadian petir dan kilat
merupakan gejala listrik statis. Dalam ilmu fisika sekolah, petir berasal dari pemuaian udara yang cepat akibat dilalui oleh loncatan
bunga api listrik. Loncatan bunga api listrik yang lebih besar sering terjadi
pada saat awan mendung atau sedang terjadinya hujan.
Sekumpulan awan hitam dapat
memperoleh muatan listrik yang sangat kuat karena pergesekan dengan udara. Hal
ini menimbulkan bunga api listrik yang sangat besar dari kelompok awan ke awan lain yang muatannya berlawanan. Loncatan
bunga api listrik kita kenal dengan kilat.
Loncatan bunga api listrik
menimbulkan panas yang sangat besar sehingga menyebabkan udara yang dilaluinya
memuai dengan cepat. Pemuaian yang cepat dan tiba-tiba menimbulkan suara
keras yang dikenal dengan guruh atau guntur.
Fenomena menarik kedua, proses terjadinya
petir dan kilat itu sesungguhnya
bersamaan. Namun apa yang kita saksikan? Kita lebih duluan melihat
cahaya kilat ketimbang terdengarnya petir. Mengapa?
Cahaya kilat ternyata lebih
cepat merambat di udara kira-kira 300.000 meter per sekon. Sedangkan bunyi
merambat di udara dengan kecepatan 340 meter per sekon. Bandingkan selisih
antara kecepatan cahaya dengan kecepatan bunyi merambat di udara.
Maka wajarlah mengapa cahaya terlihat lebih dulu dibandingkan dengan terdengarnya bunyi meskipun terjadinya secara bersamaan.
Maka wajarlah mengapa cahaya terlihat lebih dulu dibandingkan dengan terdengarnya bunyi meskipun terjadinya secara bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar